Beranda Gaya Hidup Saat Tan Po Nio Bertanya soal Hubungan Intim Suami Istri ke Buya...

Saat Tan Po Nio Bertanya soal Hubungan Intim Suami Istri ke Buya Hamka

46
0


REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Pimpinan Umum MUI pertama Prof DR Hamka atau yang akrab disapa Buya Hamka, pernah mendapat sebuah pertanyaaan dari seorang bernama Tan Po Nio diterbitkan di majalah Gema Islam yang terbit pada 15 Juli 1962. Tan Po Nio yang merupakan seorang muslimah dari Padang Panjang itu bertanya ke Buya Hamka, soal hukum berhubungan suami istri dalam keadaan istri belum mandi sesudah haidh.

Mendapat pertanyaan itu, Buya Hamka mengatakan, Rasulullah juga pernah ditanya oleh seorang sahabat dengan pertanyaaan yang seperti itu. Kemudian, Allah menyuruh Nabi untuk menjawab pertanyaan tersebut sebagaimana firmannya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “haid itu najis”. Oleh karena itu hendaklah kamu menjauhi wanita-wanita yang sedang haid; .Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersuci.” (QS : Al Baqarah : 222)

Menurut Buya Hamka, dari ayat tersebut jelas bahwa Rasulullah SAW datang menanyakan pertanyaan yang sama seperti saudara muslim Tan Po Nio, kemudian Allah menyuruh Nabi untuk menjawab pertanyaan itu, yaitu seorang wanita yang ada di rumahnya. haidnya sakit (tidak sakit). dan darah haidnya darah kotor. Oleh karena itulah Allah memerintahkan melalui Nabi bahwa saat haid fa’azilu artinya ‘menyingkirkan’, menjauhi atau berpisah dengan wanita.

Untuk melaksanakan perintah Tuhan ini niscaya sebaiknya selama haidh itu si laki-laki memisah tidur. Karena kalau berdekatan juga, dikhawatirkan tidak bisa menahan syahwatnya.

Dijelaskan lagi janganlah mereka didekati, sampai mereka suci, sampai mereka bersih. Dengan berhentinya dia dari haidh, dia sudah tidak kotor lagi tapi belum suci, sebelum mandi. Mandi haidh itu bernama mandi jinabat, serupa halnya dengan mandi sehabis berhubungan bdan.

Kalau ada orang yang tidak bisa menahan syahwat, lalu berhubungan badan karena menganggap tidak kotor lagi, maka dia salah dan sebaiknya segera bertaubat. “Tuhan Allah amat suka kepada orang yang taubat,” kata Hamka.

Dan kalau ditahan nafsunya, hanya menunggu sekadar habis mandi jinabat saja, maka dia termasuk orang yang mencintai kesucian lahir dan bathin. Suci batinnya karena tunduk pada perintah Tuhan dan suci badannya, karena ketika akan melakukan hubungan suami istri, sama-sama suci dan bersih lebih dahulu suami istri. “Semoga diberikan anak yang shaleh,” kata Hamka.

Bahkan, ada sebuah hadits yang menjelaskan bahwa berhubungan dengan istri dalam keadaan suci bersih itu berpahala dan diberi ganjaran oleh Allah. Karena sebaliknya, jika dia bersetubuh dengan zina, maka dia berdosa.

“Orang-orang suci ini dicintai Tuhan,” kata Hamka.

Sumber: Hamka Menjawab Pertanyaan Islami / Pustaka Panji Mas





Source link